Ruang pendaki ~ Pendakian gunung merbabu via Suwanting, bagi saya pribadi sangat mengesankan, selain karena jalur pendakiannya melewati sabana nan elok, kami disambut hangat oleh keramah tamahan warga sekitar basecamp pendakian yakni tepatnya di desa Suwanting.
Perjalanan pendakian kali ini saya lakukan pada pertengahan tahun 2015, dimana saat itu jalur ini baru saja dibuka setelah sekian lama ditutup oleh karena suatu alasan. Menurut informasi yang saya dapatkan jalur ini sebelumnya pernah dibuka pada tahun 1990 dan karena sesuatu hal, jalur ini ditutup pada tahun 1998 hingga pada pertengahan maret 2015. Jalur ini kembali dibuka berkat usaha dari warga sekitar yang tidak ingin jalur yang dulunya pernah menjadi jalur dengan pemandangan sabananya yang indah ini harus hilang selamanya tertutup dengan rimbunnya vegetasi gunung merbabu.
Adapun saya pribadi yang mempunyai hobi mendaki gunung sejak menginjak bangku SMA, itupun berkat ajakan rekan saya untuk bergabung ke salah satu organisasi pecinta alam di sekolahan. Hobi itu berlanjut sampai saat ini. Berhubung pada waktu itu rekan-rekan SMA saya mendapatkan cuti lebaran sehingga kita sepakat mencari tempat yang bisa untuk kumpul-kumpul bareng entah itu main atau sekedar nongkrong bersama. Ketidakwarasan saya, mengajak beberapa rekan mendaki gunung Merbabu melalui jalur yang sama sekali belum saya kenal yakni jalur pendakian melalui desa Suwanting. Saya hanya mengetahuinya melalui salah satu group pendaki regional setempat, kalo tidak salah nama group facebook tersebut adalah AGMM ( Anak Gunung Merbabu Merapi ) Minimnya informasi yang kami peroleh tidak menurunkan niat kami untuk menjelajah alam bersama, menikmati melalui tiap jengkal tanah di bumi pertiwi ini.
Di pendakian kali ini saya tidak melakukan persiapan fisik yang cukup. Persiapan saya hanyalah persiapan perbekalan standar pendakian. Jangankan untuk latihan fisik, untuk beristirahat tidur sebelum melakukan pendakian saja saya rasa masih sangat kurang, karena tuntutan pekerjaan, saya harus lembur meskipun mendekati hari besar tiba, yah benar saja, pendakian kali ini mendekati hari raya idul fitri tahun 2015.
Seperti yang direncanakan sebelumnya, kami berlima sepakat berkumpul di rumah mas Cahyo di daerah Pandansimping Klaten. Saya datang paling awal yakni jam 16:00 kemudian disusul oleh Bramaji, Mas Sinung dan yang paling akhir adalah rekan saya yang bernama Valent, dia terlambat karena harus mengambil tenda dan perbekalan lainnya di rumah Eliab, di rumahnya daerah kecamatan Karangnongko. Setelah mempersiapkan barang yang harus dibawa ketika mendaki gunung kami berlima berangkat dari Klaten pukul 17:00 menuju pos pendakian gunung Merbabu Via Suwanting melalui jalan Solo lalu melalui jalan Magelang. Rekan kami satunya yang bernama Eliab memilih berangkat dari Klaten melalui jalur alternatif yakni melalui kecamatan Turi. Kami sepakat untuk bertemu di basecamp Suwanting.
Rute perjalanan menuju Suwanting
Jalur pendakian Suwanting terletak di desa Suwanting, Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Kami tidak menemui kesulitan dalam mencari keberadaan basecamp Suwanting karena saya pribadi sudah pernah setidaknya melewatinya ketika hendak menuju ke gunung andong. Bila anda dari arah Yogyakarta ikuti saja jalan Magelang sampai terminal Tidar. Bila anda sudah sampai terminal Tidar Magelang masih ke utara sampai menemukan trafficlight pertama, dari trafficlight ambil kanan ( arah menuju kawasan wisata ketep pass ). Dari wisata ketep pass kita ambil kiri, kurang lebih 3-4 km kita akan menemukan petunjuk berupa gapura masuk desa Suwanting yang berada pada sisi sebelah kanan jalan. Nah letak basecampnya kurang lebih masih berjarak 2 km dari jalan tersebut. Anda akan melalui jalan diantara ladang penduduk sebelum mencapai basecamp Suwanting. Bagi yang berasal dari luar kota, alangkah lebih baik menggunakan GPS untuk dapat memperoleh informasi untuk menuju ke basecamp ini.
Basecamp pendakian desa Suwanting
Sekitar pukul 20:00 kita berlima sampai di Desa Suwanting, kondisi di desa ini jauh dari perkiraan saya. Saya mengira jalur pendakian di desa Suwanting ini masih sepi karena baru saja dibuka, ternyata disana banyak sekali pendaki sehingga kita tidak memperoleh tempat beristirahat di basecamp, namun berkat keramahan warga sekitar, kita diberi kesempatan untuk beristirahat di salah satu rumah warga, kami dipersilahkan makan serta minum minuman hangat yang telah disediakan sambil mempersiapkan perlengkapan sebelum memulai pendakian. Eliab rekan saya ternyata sudah sampai di basecamp satu jam lebih awal dari kami.
kenalkan : cahyo, valent, admin, sinung, eliab dan bramaji |
Setelah beristirahat dan menyempatkan diri makan malam di salah satu warung yang disediakan, seorang warga menjelaskan kepada kami tentang kondisi jalur yang akan kami lewati. Bila perjalanan lancar akan membutuhkan waktu 8-9 jam untuk sampai ke puncak. View yang paling bagus untuk jalur pendakian via Suwanting inia adalah di sabana. Beliau juga mewanti-wanti kami untuk tidak membawa air yang terlalu banyak karena di pos 3 terdapat sumber mata air yang bisa kami manfaatkan sehingga dapat meringankan beban yang kami bawa. Setelah dirasa cukup mendapat informasi dan membayar retribusi masuk sebesar Rp.3000; dan biaya parkir mobil sebesar Rp.20.000; tepat pukul 22:00 kami memulai pendakian.
Dari basecamp menuju pos 1 ( 40 menit )
Perjalanan dari basecamp menuju pos 1 dimulai dengan melewati rumah-rumah warga. Jalur perjalanan berupa tanjakan dari mistar kemudian dilanjutkan dengan jalan yang melewati ladang-ladang penduduk. Cukuplah bagi kami untuk sekedar pemanasan sebelum melalui medan yang lebih terjal. Pada malam itu tidak ada pendaki lainnya yang berangkat bersama dengan kami karena mereka sudah berangkat terlebih dahulu bersamaan dengan kedatangan kami di basecamp. Setelah sekitar 1,5 km dari desa dan setelah melewati perempatan kita mengambil jalur yang disebelah kiri yakni jalur yang menanjak masuk ke hutan pinus. Karena kondisinya malam hari saya tidak dapat menceritakan keindahan hutan ini. Suara hewan malam dan suara nafas kami yang semakin terdengar membuat kami harus berhenti. Rekanku Valent mengajak beristirahat sebentar, dia mengeluh nyeri perut dan kehabisan nafas. Akhirnya dia berpamitan sebentar lalu menghilang di antara rimbunan semak-semak untuk melampiaskan hasratnya.
Break pertama |
Setelah cukup beristirahat kami melanjutkan perjalanan, di perjalanan kami dapat melihat �punggung� gunung merbabu disisi kiri kami. Menurut mas Sinung punggung gunung yang berada di sisi kami adalah jalur pendakian merbabu melalui Wekas. Setelah kurang lebih 40 menit perjalanan terhitung dari basecamp kita sampai di pos 1 ( Lembah Lempong ).
Pos 1 sendiri adalah hutan pinus yang sangat luas. Di pos 1 ini tidak ada bangunan untuk beristirahat, namun area yang luas sangat cukup untuk menampung beberapa pendaki yang ingin mendirikan tenda di pos ini. Jalur yang dilalui untuk menuju pos 1 ini tergolong ringan karena hanya melewati tanjakan dan tergolong tanjakan ringan.
Pos 1 menuju pos 2 bendera ( 2,5 jam )
Perjalanan berlanjut menuju ke pos 2. Di awal perjalanan menuju ke pos 2 kami dihadapkan pada trek yang lebih berat. Jalanan yang menanjak serta berdebu membuat kami harus berhati-hati dalam mengambil langkah dikarenakan jalur tersebut licin karena debu. Diperjalanan ke pos 2 setidaknya kita melewati beberapa lembah, yakni lembah lembah gosong dan lembah cemoro, untuk trek di lembah gosong sendiri masih dirasa tidak terlalu berat, barulah di lembah cemoro jalanan benar-benar menanjak. Perjalanan yang menanjak serta berdebu memaksa kami untuk beberapa kali break. Di perjalanan menuju pos 2 terdapat tali-tali yang disiapkan warga untuk membantu kami berpegangan sehingga diharapkan kami tidak mudah terpeleset. Beruntungnya kami pada waktu itu tidak turun hujan dan kondisi langit yang cerah sehingga kami dapat melihat hamparan langit malam berhiaskan bintang.
Perjalanan berlanjut dengan melewati Lembah Cemoro dan Lembah Ngrijan. Di area ini kami seringkali menemukan jalanan yang bercabang. Bila mengambil sisi kanan kebanyakan akan mendapati trek yang curam sedangkan jika mengambil di sisi kiri, jalurnya lebih landai, namun sedikit lebih jauh. Pada dasarnya percabangan tersebut akan bertemu pada jalur yang sama. Nah setelah menempuh 2,5 jam perjalanan kita sampai di pos 2 yakni pos bendera. Saya melihat jam tangan saya menunjukkan pukul 01;20 ketika kami sampai di pos ini. Udara dingin ditambah dengan hembusan angin malam yang cukup kencang membuat kami kelaparan. Kami memutuskan untuk beristirahat sebentar sambil mengisi perut kami dengan bekal yang kami bawa dari rumah.
Pos 2 sama halnya dengan pos 1. Pada pos ini tidak ada bangunan khusus untuk beristirahat. Namun area yang luas dapat menjadi alternatif untuk mendirikan tenda bagi yang sudah kecapekan dan memiliki waktu pendakian yang lebih, minimal 2 hari perjalanan. Di pos ini kami juga menemui beberapa pendaki yag mendirikan tenda. Ada yang baru mau ke puncak dan adapula pendaki yang mau turun namun kelelahan dan memaksanya harus bermalam sekedar memulihkan kondisi badan. Mengingat perjalanan yang masih jauh, kami sepakat untuk melanjutkan perjalanan menuju ke pos 3.
Pos 2 menuju pos 3
Perjalanan berlanjut menuju pos 3, di perjalanan kita akan melawati beberapa area, diantara lemba singo, lemba manding dan hutan manding. Perjalanan semakin berat karena trek bertambah terjal serta menanjak. Perjalanan dari pos 2 menuju ke pos 3 ini menurut saya pribadi adalah perjalanan terpanjang untuk pendakian merbabu via suwanting. Mungkin karena kondisi mulai kelelahan disertai rasa ngantuk yang membuat kami harus break beberapa kali. Udara dingin yang menusuk membuat kami tidak boleh berlama-lama beristirahat dan harus terus bergerak. Beberapa sumber di komunitas menyebutkan bahwa perjalanan malaui Suwanting lebih ringan dibandingkan dengan jalur yang melalui Selo ternyata tidak sepenuhnya benar. Bagi saya pribadi yang setidaknya sudah 3x melalui jalur Merbabu via Selo merasakan sendiri bahwa jalur ini cukup berat. Kekhawatiran saya terhadap 2 orang rekan saya yang baru saja mendaki gunung, yakni Valent dan Bramaji akan kecapekan sehingga tidak bisa melanjutkan perjalanan membuat kami seringkali beristirahat di perjalanan ke pos 3 ini. Bahkan saking capeknya kita dapat tidur diperjalanan dengan berpegangan pada ranting-ranting yang ada.
perjalanan semakin mananjak |
Setelah sempat tertidur beberapa saat kami akhirnya melanjutkan perjalanan, tidak terasa sudah Nampak sinar matahari berwarna orange muncul di ufuk timur menandakan pagi akan segera tiba. Jam tangan saya menunjukkan pukul 04:15 saat kita mencapai lembah manding. Di lembah manding sebenarnya ada area untuk dapat mendirikan tenda, namun kami sepakat untuk melanjutkan perjalanan dan baru akan beristirahat bila sudah sampai di pos 3. Keluar dari lembah manding jalur yang dilalui semakin terjal dan menanjak. Bila anda pernah mendaki gunung merbabu melalui selo, jalur yang dihadapi hampir mirip dari pos 3 menuju ke sabana 1. Jalanan menanjak dan memaksa kita harus berhati-hati sebelum kita mencapai sumber mata air ( Sendang Dampo Awang ). Setelah melewati tanjakan demi tanjakan tepat pukul 07:00 kita sudah sampai di pos 3 yakni sebuah area tepat di atas mata air sendang Dampo Awang.
di dekat mata air |
mas Sinung kecapekan |
Adanya sumber mata air Sendang dampo awang
Sampai di pos 3 kami segera mendirikan tenda dan memasak makanan untuk sarapan kami pagi itu. Kami berbagi tugas, diantara kami ada yang mengambil air di sendang dampo awang dan beberapa diantaranya bertugas mendirikan tenda. Tidaklah sulit untuk menuju ke lokasi sendang dampo awang.
Lokasi sendang ini berada tepat di bawah pos 3. Tepatnya di sebelah kiri jalur perjalanan menuju pos 3. Sendang dampo awang sendiri sebenarnya letaknya cukup jauh dari jalur, namun atas kebaikan warga sekitar kita dapat dengan mudah mengambil air dari sendang, karena air tersebut sudah disalurkan ke pipa-pipa kecil dan memudahkan kita untuk mengambilnya. Setelah selesai sarapan akhirnya kami beristirahat sekedar memejamkan mata. Kami sangat kelelahan dan tenaga kami sangat dikuras dari pos 2 menuju ke pos 3.
Pos 3 sampai puncak ( 2 jam )
Setelah cukup beristrirahat tidur, pukul 10:00 kami bergegas melanjutkan perjalanan menuju puncak. Bisa dibayangkan muncak pada jam-jam dimana orang lain seharusnya turun dari puncak. Panasnya siang matahari waktu itu tidak mengurungkan niat kami menuju puncak. Mas Sinung terlihat tidak enak badan memutuskan untuk tinggal dan beristirahat di tenda. Dari pos 3 untuk sampai ke puncak membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Perjalanan melewati sabana yang ditumbuhi oleh bunga edelweis yang bermekaran. Beruntungnya kami pada waktu iti bertepatan dengan musim dimana edelweiss sedang mekar-mekarnya.
Adanya elang Jawa
sumber ; satujam [dot] com |
Yang menarik dari pengalaman saya ketika melewati jalur ini adalah, saya dapat menemukan elang jawa atau warga sekitar menamainya dengan burung alap-alap. Terbang berputar jauh diatas puncak merbabu. Burung yang terakhir saya lihat ketika masih kecil ( kurang lebih tahun 1994 / 1995) ini terlihat terbang berputar dan melintas diatas kami. Burung yang merupakan salah satu satwa yang dilindungi ini sudah bisa saya temui di daerah Klaten, tempat tinggal saya. Melihat burung ini mengingatkan kembali masa kecil saya diasuh oleh nenek saya dan menemaninya ketika bekerja di ladang. Dimana pada waktu itu burung alap-alap masih sering saya lihat terbang di atas ladang. Burung tersebut tiba-tiba terbang menukik menerkam mangsa yang diincarnya, bisa berupa tikus sawah, ular ataupun binatang-binatang melata lainnya.
di batas cakrawala |
Kembali ke jalur pendakian. Memang sesuai dengan referensi yang saya baca sebelumnya. Jalur pendakian via suwanting menawarkan pemandangan yang indah dan tidak dapat saya temui bila saya melalui selo. Sabana yang membentang hijau ditambah dengan edelweis yang sedang bermekaran menambah keindahan tempat itu. Kami berjalan menyusuri punggungan bukit sebelum mencapai ke puncak Merbabu.
edelweis yang bermekaran |
puncak |
bonus setelah sampai puncak |
Terkait puncak merbabu yang bernama kenteng songo, menurut informasi yang saya baca, nama tersebut diambil dari jumlah punggungan bukit yang ada yang berjumah 9 ( songo-jawa ) Menurut legenda, dipercaya puncak tertinggi berada di jalur ini, sehingga puncaknya diberi nama kenteng songo. Tepat jam 12 kami mencapai puncak. Meskipun tidak melihat golden sunrise kami sangat bersyukur bisa sampai di tempat ini. Sampai di puncak kami berdoa bersama, bersyukur untuk segala anugerah yang diberikan dalam hidup kami, serta bersyukur atas kesempatan diperbolehkan menginjakkan kaki salah satu tempat terindah di Bumi pertiwi Indonesia.
Dari perjalanan saya dapat disimpulkan
Kalkulasi waktu :
Dari basecamp menuju pos 1 ( 40 menit )Pos 1 menuju pos 2 bendera ( 2,5 jam )
Pos 2 menuju pos 3 dampo awang ( 3 jam )
Pos 3 menuju pos puncak 2 jam
Total perjalanan 8-9 jam dari basecamp menuju ke puncak. hal tersebut tergantung fisik, kondisi cuaca dan kondisi trek yang ada.
Tips pendakian :
- Selalu upayakan latihan fisik terlebih dahulu sebelum melakukan pendakian
- Banyak-banyak mencari informasi tentang tujuan pendakian
- Jangan sepelekan tempat tujuan meskipun beberapa referensi menyebutkan mudahnya medan yang dilalui.
- Jagalah kekompakan tim anda
- Persiapkan barang-barang pendakian yang akan anda bawa dengan baik, sebagai referensi anda dapat membaca : 25 barang yang harus dibawa saat mendaki gunung
- Jagalah perilaku dan tutur kata anda ketika mendaki gunung, jangan lupa untuk saling menyapa baik itu antar pendaki maupun dengan warga sekitar
- Bila ingin mendapatkan view yang bagus dan memiliki waktu yang cukup, saya sarankan untuk mendaki pada pagi hari, sehingga dapat melihat sunset ketika di pos 3 atau dampo awang kemudian barulah melakukan summit attack pada keesokan harinya untuk dapat menikmati golden sunrise di puncak kenteng songo
- Bila dirasa tidak memiliki waktu yang cukup untuk dapat menuju ke sabana suwanting, anda bisa melalui jalur pendakian selo yang saya rasa medannya tidak seberat melalui jalur Suwanting. Setelah mencapai puncak, anda dapat mengambil jalur sebelah kiri, tidak sampai 1 jam perjalanan anda sudah sampai di sabana jalur pendakian suwanting.
perjalanan pulang merbabu via suwanting |
Sebagai tempat mendirikan tenda anda dapat memilih pos 2 atau pos 3. Mendirikan tenda di Lembah manding tidak saya anjurkan karena angin di daerah ini sangat kencang dan rawan terjadi pohon tumbang. Artikel ini saya buat terutama untuk rekan saya Daniel Bramaji dan Valentinus Widyawan. Maaf sudah merepotkan kalian dan jangan kapok lagi untuk naik gunung.
Semoga artikel pendakian gunung merbabu via suwanting ini bermanfaat.
0 Response to "pendakian gunung merbabu via suwanting"
Post a Comment