Pendakian merbabu via selo kali ini kami lakukan di musim penghujan satu hari sebelum penghujung tahun 2014 lalu. Jalur pendakian gunung Merbabu via selo merupakan jalur pendakian yang menjadi alternatif para pendaki untuk mencapai puncak Merbabu, selain akses untuk menuju basecamp yang mudah, track yang dilalui tidak sesulit jalur pendakian merbabu lainnya.
Jalur pendakian merbabu via selo, siapa yang tidak mengenalnya, jalur ini cukup populer di kalangan pendaki, tidak hanya pendaki dari Jawa Tengah dan sekitarnya saja, namun juga bagi pendakiyang berasal dari propinsi lainnnya di Indonesia. Selo merupakan salah satu tempat di Boyolali dan merupakan tempat diantara gunung Merbabu dan Merapi. Jadi jangan heran bahwa di tempat ini selain terdapat jalur pendakian gunung Merbabu juga terdapat jalur pendakian gunung Merapi.
Gunung merbabu sendiri setidaknya memiliki 5 jalur pendakian yang tersebar ke beberapa daerah di sekitar lerengnya. Kita dapat melakukan pendakian menuju puncak merbabu melalui jalur-jalur tersebut. Berikut keempat jalur pendakian gunung Merbabu :
� Jalur pendakian selo : Disisi bagian selatan ( Kabupaten Boyolali )
� Jalur pendakian suwanting : Merupakan jalur lama yang dibuka kembali ( disisi barat )
� Jalur pendakian via cunthel : Disisi barat ( Kabupaten Magelang )
� Jalur pendakian Tekhelan : Disisi barat ( Kabupeten Magelang )
� Jalur pendakian Wekas : Disisi barat ( Kabupaten Magelang )
Pendakian kali ini kami beranggotakan 5 personel, 3 orang sudah pernah mendaki gunung serta 2 orang lainnya adalah rekan yang belum pernah melakukan pendakian gunung sama sekali. Kami berlima berangkat dari Klaten, kota tempat tinggal kami, melalui Jatinom,Boyolali kemudian Selo. Oya bagi rekan-rekan yang berasal dari luar daerah bisa menggunakan transportasi umum untuk menuju ke basecamp pendakian merbabu via selo dengan menggunakan bus.
- Bila rekan rekan-rekan dari Semarang, bisa menggunakan bus jurusan ke Solo dan turun di Boyolali. Setelah turun dari boyolali anda bisa beralih menggunakan angkutan umum atau mobil pickup yang biasanya digunakan untuk mengangkut sayuran.
- Bila rekan-rekan dari Solo akan lebih mudah lagi, tinggal menggunakan bus dengan jurusan Boyolali turun di boyolali kemudian ganti transportasi menuju Selo
- Bila dari arah Yogyakarta, harus menggunakan bus menuju ke Solo terlebih dahulu baru ganti jalur menuju ke Boyolali.
Kami berlima berangkat dari klaten pukul 5 sore. Rencana semula kami akan berangkat jam 3 sore, namun karena sesuatu hal akhirnya kebarangkatan harus mundur dari jadwal semula. Saat itu adalah musim hujan. Dari Jatinom menuju Selo kami sudah kehujanan, namun karena kegiatan pendakian ini sudah kami rencanakan beberapa bulan sebelumnya, hujan yang turun tidak menyurutkan niat kami untuk menyambangi gunung yang memiliki ketinggian 3142 mdpl ini. Sampai di Selo sekitar pukul 19:00 kami segera menuju ke rumah bapak Bari. Beliau adalah warga di daerah Selo yang menyediakan tempat untuk penitipan kendaraan bermotor. Rumah pak Bari letaknya cukup jauh dari basecamp. Kami sengaja tidak memarkirkan kendaraan kami di basecamp, selain karena harus berjalan cukup jauh untuk sampai di gerbang pendakian, juga mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan. Kekhawatiran kami, kondisi basecamp penuh sehingga kami tidak memperoleh tempat untuk parkir.
Di rumah pak bari kami dipersilahkan untuk beristirahat sambil memeriksa ulang perlengkapan pendakian kami. Bila rekan-rekan membutuhkan jasa porter ataupun penunjuk arah, pak Bari juga saggup mencarikannya. Beberapa warga sekitar membuka jasa porter bagi para pendaki yang membutuhkannya. Tepat pukul 20:00 setelah makan malam, kami melakukan perjalanan kami menuju ke gerbang pendakian. Perjalanan menuju gerbang pendakian melalui rumah warga dan melalui area persawahan. Tidak membutuhkan waktu yang lama kita sudah sampai ke gerbang pendakian. Setelah melakukan registrasi dengan mengisi data-data diri serta membayar biaya retribusi ( Rp.15.000 ), kami dipersilahkan untuk melanjutkan perjalanan kami. Oya sekedar informasi, untuk pendakian gunung Merbabu via Selo tidak diperlakukan sistem kuota, sehingga berapapun pengunjung akan tetap dipersilahkan melakukan pendakian terkecuali terjadi kondisi-kondisi khusus misalnya kebakaran hutan atau cuaca badai serta kondisi-kondisi lainnya yang dapat mengancam keselamatan pendaki, maka kemungkinan pihak pengelola akan membatasi atau menutup sementara jalur pandakian.
Basecamp menuju ke pos 1 ( 1,5-2 jam )
Pintu gerbang, awal pendakian dimulai |
Perjalanan menuju ke pos 1 dimulai dengan medan yang cukup landai melalui jalan setapak melewati diantara rimbunnya pohon pinus perkusi yang tumbuh dengan lebat. Di akhir perjalanan menuju ke pos 1 jalanan mulai menanjak. Suasana malam itu termasuk sepi, karena kita melakukan perjalanan pada tanggal 30 desember, kemungkinan pendaki baru akan membludak pada 31 desember untuk merayakan pergantian tahun di puncak Merbabu. Setelah berjalan bebarapa lama dan beberapa kali break, akhirnya kami sampai di pos 1. Pos 1 sendiri adalah area terbuka tanpa adanya bangunan atau shelter yang bisa digunakan untuk tempat berteduh. Tempat ini cukup untuk menampung banyak pendaki dan bisa digunakan sebagai tempat untuk mendirikan tenda. Kurang lebih 5 tenda dengan ukuran sedang bisa dibangun di tempat ini. Selain itu di tempat ini tidak ada sumber mata air. Setelah beristirahat kurang lebih 10 menit kami melanjutkan perjalanan menuju ke pos 2.
Pos 1 menuju ke pos 2 Pandean ( 45 menit )
Perjalanan dari pos 1 menuju ke pos 2 dimulai dengan medan yang masih cukup landai, dengan melewati hutan hujan tropis. Udara yang dingin memaksa kami harus tetap bergerak. Kami mulai menemukan beberapa pendaki lainnya yang melakukan pendakian lebih awal dari kami di sepanjang perjalanan menuju ke pos 2. Dalam perjalanan menuju ke pos 2 kita akan melewati beberapa pos bayangan. Sama seperti perjalanan di pos 1 tadi, perjalanan terakhir sebelum sampai dipos 2 adalah tanjakan dengan medan yang cukup curam. Tanjakan itu adalah tanjakan yang paling berat di pos ini. Karena saat itu medan sangat licin karena baru saja selesai diguyur hujan, kami harus sangat berhati-hati melangkah agar tidak tergelincir. Tepat pukul 23:00 kami sampai di pos 2 jalur pendakian Merbabu via Selo.
Pos 1 |
Sama halnya seperti pos 1, pos 2 adalah area yang lapang dengan berlokasi di tengah hutan dan tanpa adanya bangunan atau shelter. Tempat ini bukan tempat yang ideal untuk mendirikan tenda karena banyaknya pohon-pohon tinggi yang menjulang dan banyaknya sampah yang berceceran di bagian sisi sebelah kanan jalur pandakian. Agaknya kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan diantara para pendaki masih minim. Di pos 2 ini kami menemukan beberapa hewan noctunal yang berkeliaran mencari mangsa. Saya kurang tahu hewan apa itu, namun bila dilihat dari ukurannya dan bentuknya itu adalah sejenis luwak atau musang. Setelah beristirahat beberapa lama, kita melanjutkan perjalanan menuju ke pos 3.
hewan noctunal, sejenis luwak |
Pos 2 ke pos 3 ( Watu tulis )
Perjalanan menuju ke pos 3 berbeda dengan jalur-jalur sebelumnya, jika di awal kita melalui jalan yang landai, jalur menuju ke pos 3 dimulai dengan jalan yang menanjak dan semakin menanjak. Tenaga kami cukup dikuras di pos ini. Beberapa kali kami break dan bergantian membawa carrier yang berisikan tenda. Jalanan yang berkabut serta licin memaksa kami untuk extra berhati hati dalam melangkah. Di perjalanan menuju pos 3 vegetasi mulai berkurang, kita dapat melihat pemandangan kota boyolali dan sekitarnya dari ketinggian. Meskipun tertutup kabut sesekali kami bisa melihat kelap-kelip lampu yang bertebaran. Tidak sampai 45 menit perjalanan, kami sampai di pos 3. Waktu itu menunjukkan pukul 00:00.
cahaya lampu yang terlihat dari kejauhan |
Pos 3 adalah area atau tempat yang ideal untuk mendirikan tenda selain disabana 1 dan sabana 2. Tempat ini cukup datar serta jauh dari pepohonan yang tinggi. Namun karena dari awal rencana kami sepakat untuk ngecamp di sabana 2, kami melanjutkan perjalanan kami menuju sabana 1&2
Pos 3 ke pos 4 ( sabana 1 )
Perjalanan menuju ke sabana 1 dari pos 3 merupakan track terberat bila kita melakukan pendakian Merbabu via Selo. Track menuju sabana 1 berupa tanjakan dengan batu-batu terjal dan licin serta minim bonus. Kita melewati ceruk-ceruk tanah seperti bekas aliran air hujan dengan kiri kanan tumbuhan murbei dan beberapa tumbuhan berduri. Jika rekan-rekan melalui track ini hati-hatilah dalam memilih pegangan. Beberapa tempat memang menyediakan tali untuk berpegangan, namun tidak semuanya. Di area ini memakai sandal gunung akan terasa lebih susah, dikarenakan seringkali kerikil akan masuk kedalam sela-sela sandal dan memaksa kita harus berhenti untuk menyingkirkan kerikil tersebut. Dari pos 3 menuju ke sabana 1 memerlukan waktu kurang lebih 40 menit perjalanan.
Pos 4 ( Sabana 1 )
Pukul 00:50 kami sudah sampai ke sabana 1. Tenaga kami sangat terkuras di tanjakan pos 3 tadi. Rencana awal yang ngecamp di sabana 2 berubah. Kita sepakat mendirikan tenda di sabana 1. Udara yang sangat dingin, kabut yang tebal, rasa lelah dan mengantuk menjadi alasan kami untuk beristirahat di dalam tenda. 2 tenda yang kami bawa sudah berdiri. Kami segera ke dalam untuk berganti pakaian dan beristirahat tidur. View di sabana 1 yang indah malam itu tidak kami dapatkan, yang terlihat hanyalah kabut dengan cukup tebal dan menyisakan jarak pandang yang tidak lebih dari 5 meter. Tidak memerlukan waktu yang lama bagi kami untuk dapat tidur pada malam hari itu.
Sabana 1 dan sampah
Alarm berdering menunjukkan pukul 05:00, namun tidak ada diantara kami yang ingin bergegas keluar dari dalam tenda. Rasa lelah kami belum sepenuhnya terobati. Kami lebih memilih untuk tidur dibandingkan harus melakukan summit attack. Memang bagi saya pribadi melakukan pendakian Merbabu melalui jalur Selo ini bukanlah yang pertama. Setidaknya 3 kali saya mendaki gunung Merbabu melalui jalur yang sama. Oleh karenanya saya tidak terlalu bersobsesi untuk dapat mencapai puncak. Jam 07:00 kami baru bangun dan keluar dari tenda kami. alasan pertama yang membuat kami bangun bukanlah untuk melanjutkan perjalanan, melainkan rasa lapar yang memaksa kami membuat sarapan untuk mengisi kekosongan perut kami. Kami segera masak makanan yang sudah kami siapkan dan kami bawa di perbekalan kami.
sampah yang berserakan di sabana 1 |
Hal yang paling membuat saya tidak nyaman ketika di sabana 1 adalah, adanya banyak sampah yang berserakan, tidak hanya di satu tempat saja melainkan di beberapa tempat di bawah sabana 1. Kita dapat melihat adanya banyak sampah pada area dibawah sabana 1. Sungguh sangat ironis, kawasan yang seharusnya kita jaga kelestarian kini berubah menjadi kawasan yang penuh sampah. Setelah selesai sarapan kami berkeliling di sabana 1 untuk mengabadikan beberapa foto.
Perjalanan menuju puncak
Setelah puas berfoto-foto, salah satu rekan saya mengajak menuju ke puncak. Memang dari sabana 1 puncak Merbabu dapat terlihat dengan jelas. Kira-kira melewati 2 bukit lagi kita sudah dapat sampai di puncak Merbabu. Perjalanan dari sabana 1 menuju ke puncak dimulai sekitar pukul 08:00. Dengan melewati jalan yang cukup landai kami terus bergerak menuju ke sabana 2. Jalan untuk menuju ke sabana 2 bisa dikatakan adalah jalan yang cukup mudah dilalui, karena jalan tersebut landai. Setelah kurang lebih 30 menit melangkah kita sampai di sabana 2.
Sabana 2
Sabana 2 adalah area padang rumput yang sangat luas. Rumput yang tumbuh disini tingginya bisa sampai setinggi lutut orang dewasa bahkan mungkin bisa lebih. Beberapa di bagian sisi sebelah utara sabana 2 bisa digunakan untuk mendirikan tenda dan cukup aman dari gangguan angin karena terhalang oleh tebing. Namun harap berhati-hati ketika mendirikan tenda di tempat ini terutama ketika memasak. Dengan banyaknya serta rimbunnya rumput yang tumbuh di sabana 2 maka akan beresiko terjadinya kebakaran jika kita tidak berhati-hati dalam menyalakan api ketika memasak. Beberapa kasus kebakaran terjadi diakibatkan beberapa hal, salah satunya adalah perapian atau api unggun yang tidak dipadamkan dengan sempurna.
salah satu pemandangan menarik di sabana 2 |
Kabut di puncak
Pendakian kami kali ini kami tidak cukup beruntung. Tidak sampai 10 menit kami sampai puncak, tiba-tiba kabut datang, menyisakan beberapa meter jarak pandang kami. Kabut desertai angin yang cukup kencang membuat kami harus bergegas meninggalkan tempat ini. Oleh karena waktu yang singkat dan adanya kabut, kami tidak banyak mendokumentasikan gambar selama kami di puncak Triangulasi. Oya di puncak ini kami sempat bertemu beberapa orang yang mendirikan tenda disana, tepatnya di bagian sisi sebelah selatan di balik bebatuan besar. Pikir saya nekad sekali ini orang dengan kondisi cuaca yang tidak bersahabat serta angin yang besar, bisa-bisa menerbangkan tendanya sampai di kota Boyolali. Belum lagi ancaman adanya petir yang bisa saja sewaktu-waktu menyambar area tersebut.
Kami bergegas turun menuju ke tenda kami untuk berlindung dari kabut. Cuaca saat itu memang tidak bersahabat. Setelah kabut tiba-tiba cuaca menjadi terang kemudian turun kabut lagi dan seterusnya. Akibatnya, pakaian yang kami kenakan basah dan membuat badan menjadi dingin. Kabut baru berkurang ketika kita sampai di sabana 2. Sampai di sabana 2 kami mulai mengurangi kecepatan langkah kami. Sesekali kami break untuk mendokumentasikan perjalanan kami serta melihat indahnya vegetasi dan fauna yang bisa kami lihat di area ini.
Banyaknya burung puter lumut
Jika gunung lawu terkenal dengan burung jalaknya yang menurut mitos sering menuntun para pendaki, maka di gunung Merbabu kita dapat melihat kawanan burung puter lumut atau puter alas. Burung dengan ukuran sedikit lebih kecil dibandingkan dengan burung merpati tersebut dapat kita jumpai di pepohonan yang rimbun. Warnanya yang hijau dengan kemerahan di bagian sayap bagian belakang seolah menyatu dengan alam atau dedaunan di sekitarnya. Bila kita tidak jeli mengamatinya kita akan susah menemukannya kecuali jika burung ini terbang dari dahan ke dahan yang lainnya.
Setelah puas berfoto-foto dan puas melihat panorama yang disuguhkan gunung Merbabu kami bergegas pulang. Sampai di sabana 1 tempat kami mendirikan tenda tepatnya pukul 10:00 kami segera memasak makanan untuk makan siang kami, mengingat perjalanan kami pulang cukup panjang dan cukup membutuhkan banyak tenaga. Kami meninggalkan sabana 1 tepat pukul 11:00 setelah melipat tenda kami dan membersihkan sampah yang ada. Perjalanan turun ke basecamp memerlukan waktu tempuh kurang lebih 3 jam.
Dari pengalaman perjalanan saya mendaki gunung merbabu via selo, saya memberikan tips-tips ketika mendaki gunung merbabu :
- Bila anda menginginkan pendakian yang aman, jangan mendaki di musim penghujan. Perjalanan saya tidak mendapatkan view terbaik di puncak karena gerimis dan terhalang oleh kabut yang datang.
- Latihan fisik minimal seminggu sebelum hari pendakian yang telah dijadwalkan.
- Untuk mendirikan tenda anda bisa mendirikan tenda di pos 3. Selain itu sabana 1 dan sabana 2 juga merupakan tempat yang ideal untuk mendirikan tenda.
- Di jalur pendakian merbabu melalui selo, tidak ada mata air. Oleh karenanya sebaiknya anda membawa air yang cukup untuk keperluan selama perjalanan anda.
- Bila anda mengalami kesulitan transportasi dari kota Boyolali menuju basecamp, pihak pengelola menyediakan angkutan atau kendaraan untuk menjemput para pendaki
- Jaga kekompakan tim anda
- Jangan mengotori gunung dengan sampah yang anda bawa
- Pastikan anda melengkapi perbekalan anda, anda bisa membaca 25 barang yang harus dibawa saat mendaki gunung sebagai salah satu referensi.
Disi saya tidak bisa memberikan estimasi biaya yang dikeluarkan, karena tarif masuk jalur pendakian serta biaya transportasi dapat berubah sewaktu-waktu.
Itulah tadi catatan pendakian Gunung Merbabu via Selo yang kami lakukan pada akhir tahun 2014 lalu. Semoga pengalaman saya dapat menjadi referensi bagi rekan-rekan yang ingin melakukan pendakian gunung Merbabu. Bila ada yang ditanyakan, silahkan menulis di kolom komentar yang sudah disediakan. Terimakasih
salam
0 Response to "catatan pendakian gunung merbabu via selo"
Post a Comment